Senin, 15 Juni 2009

Hakikat Pekerjaan Manajerial Dari Seorang Pemimpin

Karakteristik Pekerjaan Manajerial
Seorang pemimpin yang menjalankan peran kepemimpinannya dalam berbagai lembaga pada dasarnya adalah seorang manajer. Ketika berposisi sebagai seorang manajer, ia dituntut untuk mampu mengelola dinamika kegiatan lembaga yang dipimpinnya dengan baik guna menunjang pencapaian tujuan. Sehubungan dengan hal ini, ia membutuhkan keberadaan orang lain berupa karyawan atau bawahan untuk dipimpinnya bekerja sama dan memberikan kontribusi bagi pencapaiannya. Sebagaimana halnya yang telah kita ketahui bersama, manajemen adalah seni menyelesaikan pekerjaan melalui tangan orang lain. Karenanya, salah satu tolok ukur kualitas pribadi pemimpin (yang juga berperan sebagai manajer) adalah kemampuannya mengoptimalkan dan mendayagunakan kecakapan para bawahan serta memberdayakan mereka. Ia juga harus dapat melakukan kaderisasi dengan baik sehingga pada saat proses alih kepemimpinan terjadi, hal itu dapat terlaksana secara lancar tanpa hambatan berarti. Pendelegasian wewenang yang hasilnya diketahui nantinya merupakan dasar penilaian terhadap kaderisasi kepemimpinan.

Dalam dinamika perannya selaku seorang manajer, ia dituntut untuk memahami dan lebih penting lagi melaksanakan pekerjaan manajerial, tak terkecuali tuntutan peran yang disyaratkan olehnya. Jika kita mengkaji masalah pekerjaan manajerial serta tuntutan peran yang harus dipenuhi di dalamnya, pemahaman tentang pola atau karakteristik khas yang ditampilkan perlu dimiliki. Bagi mereka yang mempunyai keinginan untuk menjadi seorang pemimpin dimana peran selaku seorang manajer melekat padanya, pemahaman tentang hal tersebut membantunya mempersiapkan diri untuk dapat memenuhi tuntutan peran yang disyaratkan nantinya.

Berdasarkan berbagai hasil penelitian yang telah dilakukan, pola atau karakteristik pekerjaan manajerial dipengaruhi oleh tiga faktor. Pertama adalah tuntutan (demand) pekerjaan yakni apa yang harus dilakukannya serta apa resiko yang ditanggung jika tidak dilakukannya. Sehubungan dengan tuntutan pekerjaan tersebut, setiap manajer pada dasarnya harus melaksanakan empat kegiatan yakni mengembangkan dan mempertahankan hubungan, mencari dan memberi informasi, menentukan keputusan, serta mempengaruhi orang lain. Faktor kedua adalah kendala (constraint) yang membatasi pergerakannya selaku seorang manajer. Sedangkan faktor terakhir adalah pilihan (choice) yang dapat ditentukan olehnya baik bersifat obligatif maupun fakultatif.

Secara empiris, beberapa karakteristik yang ditampilkan oleh pekerjaan manajerial antara lain adalah
1) Pekerjaan yang harus dilaksanakan bertumpuk dan sulit untuk dilepaskan karena seorang manajer akan menerima permintaan informasi dari bawahan, rekan setingkat, atasan, atau pihak di luar lembaga secara berkelanjutan.
2) Pada kenyataannya, kegiatan yang harus ditangani beragam dan mengalami keterputusan karena mengalami interupsi atau terselingi oleh hal-hal yang lain. Karena itu, seorang manajer seharusnya dapat menerima kondisi ini serta rajin mengingat-ingat kembali pekerjaan yang harus dilakukannya dalam satu hari tertentu.
3) Beban tugas yang datang secara berkelanjutan dan membutuhkan penyelesaian segera menjadikan pekerjaan manajerial cenderung bersifat reaktif.
4) Interaksi intensif dengan rekan sejawat dan pihak luar harus sering dilakukan karena seorang manajer harus bekerja dalam suatu lembaga serta membangun jejaring dengan pihak luar yang mampu memberikan manfaat strategis.
5) Karena pekerjaan manajerial membutuhkan interaksi langsung antar pribadi secara intensif, maka komunikasi lisan harus sering dilakukan dan kemampuan melakukannya menjadi amat penting.
6) Proses penentuan keputusan sering kali bersifat politis karena harus mengakomodasikan beragam aspirasi yang ada dan meminimalkan tingkat kekecewaan banyak pihak. Dengan demikian, keputusan ditentukan tidak hanya berdasarkan analisis serta pertimbangan yang bersifat teknis.
7) Manajer sering kali menghadapi keadaan yang berubah dan tidak terduga sebelumnya dan keadaan itu membutuhkan kemampuan berimprovisasi serta keluwesan. Karena itu, perencanaan yang dilakukannya juga mungkin saja dilakukan tidak terlalu detil dan formal agar dapat beradaptasi secara fleksibel dengan perubahan kondisi nyata.

Suatu lembaga tidak dapat memisahkan dirinya dari dinamika lingkungan di luar dirinya. Oleh sebab itulah, perubahan sangat mungkin harus terjadi pada lembaga itu dan manajer harus menyesuaikan diri dengan hal tersebut. Kita dapat mencontohkan kemajuan teknologi informasi. Meluasnya jaringan internet dan makin tingginya daya sebar informasi karena peran internet tersebut menjadikan seorang manajer tetap dapat memberikan instruksi kepada bawahan dari suatu tempat yang jauh secara efektif walaupun secara fisik tidak bertemu. Dengan kondisi ini, ia dapat melatih para bawahannya bertanggungjawab atas pekerjaan yang dibebankan sekalipun mereka tidak diawasi olehnya. Ilustrasi lain adalah makin merebaknya pasar profesi virtual. Ada banyak perusahaan dari luar wilayah bahkan luar negeri yang menawarkan berbagai pekerjaan sub-contracting terkait dengan bidang tertentu seperti halnya produksi barang. Bukan tidak mungkin, setelah dilakukan perhitungan secara finansial, biaya untuk melakukan sub-contracting lebih murah dari pada membuat sendiri. Terhadap hal ini, para manajer yang berkompeten harus dapat menjadikan keadaan ini sebagai peluang untuk mewujudkan efisiensi bagi lembaga mereka.

Kewajiban Dan Peran Manajerial
Suatu organisasi atau lembaga pastilah memiliki tujuan tertentu yang ingin dicapainya. Pada organisasi yang dikelola dengan pendekatan manajemen modern dan profesional hal itu dinyatakan secara eksplisit dalam bentuk rumusan tertulis selain visi yang dipunyai dan misi yang diemban. Sedangkan dalam lembaga yang dikelola secara tradisional, tujuan itu diwujudkan dalam bentuk kesepakatan mengenai hal tertentu yang telah dipahami bersama secara turun temurun.

Dalam rangka mencapai tujuan melalui upaya sistematis yang diberlakukan oleh suatu organisasi atau lembaga, manajer mempunyai peran kunci. Oleh sebab itulah, ada beberapa kewajiban manajerial yang harus bersedia dan mampu dilakukannya, yakni
1) melakukan penyeliaan terhadap pekerjaan para bawahan sebagai bentuk pembinaan.
2) melakukan perencanaan dan pengorganisasian sebagai landasan untuk mengelola lembaga.
3) mengkoordinasikan komponen lembaga agar dapat bekerja sama dalam mencapai tujuan.
4) membuat keputusan dalam berbagai situasi, baik yang bersifat favourable maupun unfavourable.
5) memantau dinamika lingkungan internal dan eksternal lembaga secara cermat guna mengetahui kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman yang ada.
6) menerapkan pengawasan guna memperkecil kemungkinan terjadinya penyimpangan yang dilakukan oleh anggota lembaga.
7) memberikan penjelasan mengenai masalah-masalah yang memang harus diketahui oleh pihak-pihak yang berkepentingan.
8) melaksanakan administrasi terhadap beragam informasi, dokumen, maupun arsip secara rapi.

Sebagai pribadi yang secara struktural diposisikan lebih tinggi dari pada anggota lembaga lainnya, menurut Herbert Mintzberg, seorang manajer disyaratkan untuk dapat melakukan beragam peran penting. Ia harus bisa memerankan dirinya sebagai
1) pemimpin proforma yang melakukan tugas legal, formal, mapun seremonial.
2) pemimpin struktural bagi para bawahannya.
3) penghubung lembaga dengan individu atau lembaga lain di luar organisasinya.
4) pemantau informasi baik dari luar maupun dalam lembaganya.
5) pembagi berbagai informasi yang berguna bagi lembaganya.
6) juru bicara lembaganya bila berhadapan dengan pihak luar.
7) wirausaha yang mampu memanfaatkan peluang yang bermanfaat bagi lembaganya.
8) pemecah masalah yang dihadapi oleh unit lembaga yang dipimpinnya.
9) pengalokasi sumber daya bagi lembaganya secara tepat.
10) negosiator dengan pihak-pihak yang berkompeten semisal serikat karyawan, pelanggan, konsumen, pemasok, atau pemerintah.
Beberapa peran di atas apabila dipahami benar merupakan media untuk mematangkan kualitas pribadinya serta parameter mutu kepemimpinannya.


Tuntutan Ideal Bagi Seorang Manajer
Kewajiban manajerial yang harus dilakukan serta peran penting yang disandang itu menuntut setiap manajer untuk tampil sebaik-baiknya. Agar ia dapat menampilkan kinerja prima selaku manajer, ada sejumlah tuntutan ideal minimal yang harus berusaha dipatuhinya. Diantaranya adalah
1) bersedia untuk memahami konsekuensi peran selaku manajer yang dibebankan kepadanya baik oleh para bawahan, atasan, rekan setingkat, lembaga, dan pihak lain yang berkepentingan.
2) mau mencari berbagai pilihan cara yang mungkin dilakukan untuk menangani pekerjaan yang harus diselesaikan oleh unit lembaga yang dipimpinnya.
3) dapat menentukan skala prioritas terkait dengan sasaran yang ingin dicapai.
4) bisa memanfaatkan waktu pribadi dengan sebaik mungkin.
5) bersedia melakukan perencanaan berbagai aktivitas harian dan mingguan baik bagi dirinya secara pribadi maupun unit lembaga yang dipimpinnya.
6) dapat menghindari aktivitas yang tidak berguna dan mengganggu pekerjaannya.
7) tidak menunda-nunda pelaksanaan tugas yang dibebankan kepadanya.
8) rajin mencari dan pandai memanfaatkan peluang yang menguntungkan lembaganya.
9) mau melakukan refleksi, perenungan, atau introspeksi atas segala hal yang telah dilakukannya hingga saat ini.
10) rajin belajar bagaimana cara menjadi pemimpin dan pemecah masalah yang bijak dari siapa saja, termasuk dari pribadi lain yang memiliki posisi struktural lebih rendah.

Sepuluh tuntutan yang bersifat ideal-normatif di atas merupakan ambang batas minimal. Dengan demikian, seorang manajer seharusnya terus melakukan upaya pengembangan diri serta pengayaan kapasitas agar ia mampu menjadi lebih baik, terlebih lagi apabila ia dipersiapkan untuk mengampu jabatan yang lebih tinggi nantinya.

Muliawan Hamdani, S.E. Staff edukatif Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Bank BPD Jateng. Saat ini tengah menempuh studi lanjut pada Program Pasca Sarjana Magister Manajemen Universitas Slamet Riyadi Surakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar