Senin, 15 Juni 2009

Arti Penting Kekuasaan Dan Pengaruh Dalam Kepemimpinan

Pendahuluan
Bagaimana seseorang dapat menjalankan peranannya sebagai pemimpin secara efektif, masalah ini tidak dilepaskan dari kemampuannya mendayagunakan kekuasaan (power) yang dimilikinya. Berdasarkan kenyataan, kepemimpinan memang harus ditunjang oleh kekuasaan agar ia dapat menjalankan fungsinya. Melalui kekuasaan yang dimiliki, seorang pemimpin dapat menciptakan pengaruh (influence) bagi pribadi-pribadi yang dipimpinnya. Pengaruh yang ditimbulkan tersebut menjadikannya dapat merealisasikan hal-hal ideal yang ingin dilakukannya sebagai seorang pemimpin.

Mengingat dampak strategis yang ditimbulkan oleh keduanya, pengkajian secara serius dan pengelolaan secara bijak bagi kebaikan organisasi harus dilakukan. Beberapa paparan berikut ini diharapkan bisa memberikan wawasan pengetahuan mengenai bagaimana kekuasaan serta pengaruh berperan dan didayagunakan dalam suatu organisasi.

Perumusan Masalah
Dari analisis atas ilustrasi kasus yang disampaikan pada bagian selanjutnya bab ini serta pemaparan masalah yang terjadi terkait dengan kajian teori di dalamnya, ada bebeberapa permasalahan yang bisa dirumuskan. Beberapa masalah tersebut adalah
1) Bagaimanakah dewan direktur menentukan keputusan untuk membeli perangkat lunak untuk sistem pembayaran dari Standard Software Systems?
2) Seberapa besarkah kekuasaan relatif yang dimiliki oleh Mary Carter, Jack Morelli, serta direktur utama Standard Software Systems dan tipe kekuasaan apakah yang dimiliki oleh mereka?
3) Tindakan apakah yang seharusnya dilakukan oleh Mary Carter agar pengaruhnya atas keputusan dewan direktur meningkat?

Kajian Teori
I. Kekuasaan Dan Wewenang
Kekuasaan adalah kemampuan seseorang untuk meminta orang lain melakukan atau bahkan tidak melakukan sesuatu. Dengan istilah lain, kekuasaan merupakan kemampuan seseorang untuk mempengaruhi perilaku pihak lain. Dalam suatu organisasi, kekuasaan ditunjang oleh otoritas atau wewenang (authority) yakni hak untuk membuat keputusan yang memiliki dampak bagi organisasi yang dipimpinnya dan hak untuk memerintahkan anggota organisasi agar melaksanakan tugas berdasarkan atas posisi yang dimilikinya. Selain itu, wewenang juga terkait dengan hak untuk melakukan pengendalian terhadap penggunaan berbagai sumber daya yang dimiliki oleh organisasi. Wewenang yang dimiliki oleh pemimpin satu dengan yang lainnya tidak sama. Hal itu tergantung pada rentang kendali yang dapat dikuasainya.

Melalui upaya mempengaruhi para bawahan yang dilakukan oleh seorang pemimpin, ia mungkin memperoleh tiga kemungkinan hasil yakni
1) komitmen (commitment)
Komitmen adalah setujunya para bawahan terhadap keputusan atau permintaan seorang pemimpin untuk kemudian memberikan dukungan dan melaksanakannya secara efektif. Dalam hal ini, para bawahan memberikan persetujuan secara internal, dalam artian bahwa persetujuan dan dukungan itu diberikan dari hati mereka.

Menurut Michael Kelman, komitmen ini menjadikan para bawahannya melakukan internalisasi yakni tekad untuk mendukung dan melaksanakan perintah pemimpin karena ia memang merasa bahwa perintah itu sesuai dengan kata hatinya atau mengandung kebenaran yang memang sepantasnya didukung. Ia tidak melakukannya dengan pertimbangan keuntungan atau kerugian yang terjadi dari dukungannya itu.

2) kepatuhan (obedience)
Seperti halnya komitmen, kepatuhan memang merupakan persetujuan yang diberikan oleh para bawahan terhadap keputusan atau permintaan seorang pemimpin untuk kemudian memberikan dukungan dan melaksanakannya. Tetapi, kepatuhan terbentuk karena rasa takut, tidak adanya pilihan untuk bersikap lain, atau memang struktur organisasi menempatkan mereka sebagai pihak yang harus melaksanakannya.

Dikatakan pula oleh Michael Kelman bahwa kepatuhan bersifat instrumental. Seseorang bawahan bersedia melaksanakan perintahnya karena mengharapkan imbalan tertentu atau tidak menginginkan menerima hukuman darinya.

3) perlawanan (resistance)
Mungkin, terhadap permintaan pemimpin para bawahan berani menentangnya atau berusaha untuk tidak melaksanakannya. Perlawanan yang mereka tunjukkan mungkin berupa penolakan untuk menjalankan permintaan, mencari alasan untuk tidak melaksanakannya, meminta pemimpin untuk membatalkan perintahnya, atau menunda-nunda waktu untuk melaksanakannya.

II. Sumber Kekuasaan
Kekuasaan yang dimiliki oleh seorang pemimpin menurut French dan Raven berasal dari beberapa sumber yakni
1) kekuasaan karena keabsahan (legitimate power)
Dalam suatu organisasi, seorang pemimpin pastilah memiliki kekuasaan karena faktor keabsahan. Kekuasaan itu berasal dari wewenang formal yang dimilikinya selaku pemegang suatu posisi formal. Secara vertikal, wewenang formal yang dimilikinya menjadikan seorang pemimpin berhak memerintahkan para bawahannya untuk melakukan sesuatu atau bahkan melarang melakukan sesuatu hal yang lainnya. Dengan demikian, makin tinggi posisi formal yang dijabatnya, berarti makin banyak pula wewenang yang miliki serta makin lebar pula rentang kendali yang dapat dicakupnya.

Wewenang seorang pemimpin umumnya dinyatakan melalui perintah, permintaan, atau komando yang diucapkan secara lisan atau tertulis. Sedangkan kesediaan para bawahannya untuk melaksanakan perintahnya terwujud apabila mereka masih menjadi anggota organisasi serta setia terhadapnya.

2) kekuasaan untuk memberikan penghargaan (rewarding power)
Kekuasaan ini berasal dari wewenang formal seorang pemimpin untuk memberikan imbalan (reward) atau mengalokasikan sumber-sumber daya tertentu kepada para bawahannya. Penghargaan di sini bisa berwujud pemberian materi, peningkatan posisi, atau keadaan yang lain baik. Berkenaan dengan kekuasaan bentuk ini, makin tinggi wewenang formal yang dimiliki oleh seorang pemimpin, maka makin besar kekuasaannya untuk memberikan imbalan dan mengendalikan serta mengalokasikan berbagai sumber daya yang ada.

Dalam hal ini, seorang pemimpin diharapkan mampu mewujudkan ekspektasi para bawahannya untuk memperoleh hal-hal yang dianggap sebagai imbalan atau hal-hal yang menyenangkan bagi mereka. Berdasarkan peraturan, para bawahan yang berprestasi akan mendapatkan kompensasi tertentu semisal bonus, tunjangan, asuransi kesehatan, libur tahunan, dan beragam bentuk kemanfaatan (benefit).
Selain itu, promosi jabatan juga mungkin mereka terima. Pada instansi tertentu yang bonafid, atas prestasi yang disumbangkannya, para bawahan akan memperoleh kondisi tertentu yang lebib baik semisal ruang kerja yang lebih representatif dan pelayanan yang lebih bagus. Beberapa contoh itu merupakan obyek yang dipandang menyenangkan oleh para bawahan. Karenanya, kepatuhan pada pemimpin dapat diwujudkan dengan pemberian imbalan.

3) kekuasaan untuk memaksa (coercive power)
Pemaksaan dapat menjadi kekuatan yang menjadikan pihak lain bersedia untuk melakukan sesuatu hal atau mungkin pula tidak melakukan hal lainnya. Ia diterapkan dengan memberikan ancaman atau hukuman kepada para bawahan yang tidak mampu memenuhi standar prestasi tertentu maupun mematuhi peraturan yang berlaku.

Pada bidang kemiliteran dan politik, kekuasaan untuk memaksa ini memiliki peranan signifikan dalam membentuk sikap patuh para bawahan dan soliditas organisasi. Seorang perwira yang memimpin suatu detasemen bisa menghukum seorang bawahannya yang melakukan desersi maupun pelanggaran disiplin militer. Begitu pula, seorang ketua umum partai politik mempunyai wewenang untuk memecat atau mencabut keanggotaan seseorang apabila dinilai tidak patuh pada garis perjuangan dan prinsip ideal partai yang ia pimpin. Mereka diberikan kewenangan untuk melakukan tindakan yang bersifat memaksa agar kondisi lembaga yang dipimpin tetap kondisi baik serta potensi terjadinya penyimpangan kecil.

Pada suatu lembaga dimana seseorang pemimpin ada karena dipilih oleh para anggota, pemaksaan bisa pula dilakukan oleh para bawahan kepada pemimpin. Para bawahan bisa melakukan unjuk rasa, menyuarakan mosi tidak percaya, menyampaikan petisi pemberhentian, atau menyerukan pemecatan seorang atasan kepada lembaga karena menurut mereka ia sudah tidak pantas lagi mengampu jabatannya.

Mengingat kenyataan bahwa pemaksaan memang menggunakan keadaan negatif serta memiliki dampak yang negatif pula, ia harus diterapkan secara amat selektif. Penerapannya harus dilakukan ketika memang alternatif lain sudah tidak ada dan keadaan memang benar-benar mendesak. Sebisa mungkin, bila terpaksa dilakukan, pemaksaan hendaknya diupayakan menampilkan karakteristik preventif yakni mencegah para bawahan untuk melakukan pelanggaran.

4) kekuasaan berdasarkan referensi (reference power)
Ada seorang pemimpin yang dinilai sebagai pribadi yang baik, santun, bijaksana, mampu melindungi, dan menimbulkan rasa nyaman bagi siapa saja yang berinteraksi dengannya. Terhadap pemimpin yang memiliki karakteristik seperti itu, para bawahannya ingin melakukan hal-hal yang dipandang bisa membuatnya merasa senang walaupun ia tidak memberikan imbalan kepada mereka atau tidak menerapkan perlakuan yang menyebabkan mereka takut. Bagi para bawahan, semakin bagus citra yang ditampilkan oleh seorang pemimpin, makin besar pula keinginan mereka untuk membuatnya merasa senang. Itulah yang dinamakan kekuasaan berdasarkan referensi.

Kemampuan mempertahankan kekuasaan ini amat tergantung pada kemampuannya mempertahankan atau meningkatkan citra sebagai pribadi yang menjadikan pihak lain merasa senang maupun kemampuannya menjadi teladan yang baik bagi para bawahannya. Tetapi, jangan sampai terjadi keadaan dimana keinginannya menyenangkan bawahannya diwujudkan dengan membiarkan mereka melakukan hal-hal tercela (manipulasi, tindakan indisipliner, atau berselingkuh dengan orang lain) namun mereka senangi. Bagaimanapun juga, norma-norma yang bersifat universal harus tetap dijadikan pedoman berperilaku olehnya.

5) kekuasaan karena keahlian (expertise power)
Pengetahuan atau keahlian untuk menangani pekerjaan tertentu sering menjadi satu bentuk kekuasaan bagi seorang pemimpin. Karena keahlian yang dimiliki dan telah diakui oleh banyak pihak, seseorang akan dipercaya apabila ia menyarankan sesuatu hal yang terkait dengan bidang yang dikuasainya. Sebagai misalnya, rekomendasi yang diberikan oleh seorang manajer investasi pada para investor menjadikan mereka bersedia menanamkan modal yang dimiliki untuk membeli saham perusahaan tambang batu bara yang baru saja melakukan penawaran saham perdana (initial public offering). Mereka meyakini kebenaran rekomendasinya bahwa membeli saham perusahaan tambang batu bara akan menjadi tindakan yang menguntungkan di masa mendatang. Reputasi atas kecakapan manajer investasi tersebut menyebabkan para investor bersedia melaksanakan rekomendasinya. Para bawahan memberikan apresiasi kepadanya karena mereka mengakui kelebihannya itu. Pada suatu lembaga yang bergerak dalam bidang jasa teknologi informasi atau rancang bangun (engineering), tingginya keahlian dalam bidang ini menjadikan seorang bawahan lebih cepat dipromosikan dari pada rekan yang lainnya.

Dalam kenyataannya, keahlian yang dimiliki oleh pemimpin bisa menjadi sumber kekuasaan apabila hanya dirinyalah yang mampu menangani suatu pekerjaan atau hanya kepada pemimpin itulah bawahan bisa bertanya tentang seluk beluk pekerjaan tersebut, sedangkan keahlian yang dimiliki oleh pemimpin tersebut dianggap penting oleh para bawahan.
Pada suatu saat, kekuasaan karena keahlian bisa berkurang nilainya bila ternyata para bawahan kemudian mampu menguasai suatu bentuk kecakapan karena mereka telah mempelajarinya.

6) kekuasaan atas informasi (information power)
Informasi yang dimiliki merupakan sumber kekuatan bagi pemimpin pada masa sekarang ini. Sedangkan dipunyainya informasi sendiri merupakan dampak dari posisi yang dimiliki dalam suatu organisasi. Semakin tinggi posisi manajerial, maka makin besar pula kesempatan untuk memperoleh informasi yang tidak diketahui oleh para bawahan. Tetapi, sekalipun posisi manajerial dalam suatu organisasi tidak tinggi, apabila seseorang bergerak secara aktif untuk mendapatkannya, ia juga mampu memiliki informasi yang tidak diketahui oleh pihak lain.
Seorang pemimpin yang memiliki kendali kuat terhadap sumber informasi akan mampu mempengaruhi persepsi dan sikap para bawahannya. Kemampuan untuk menciptakan pengaruh dapat dilakukannya ke arah atas, bawah, dan sejajar dalam lembaga.

Ia dapat menjadikan para bawahan memiliki ketergantungan terhadap informasi padanya. Disamping itu, karena ia memegang kendali atas informasi, para bawahan akan mengalami kesulitan untuk membantah apa yang dikatakan olehnya. Tidak hanya itu, bila ia adalah seorang yang bersifat lancung, kendali yang kuat atas informasi dapat digunakannya untuk menutupi kesalahan yang dilakukan. Bila dikaitkan dengan kekuasaan karena keahlian, informasi yang dimiliki merupakan faktor penunjang yang memberikan kontribusi besar terhadapnya.

7) kekuasaan atas lingkungan (environmental power)
Mampunya seseorang atau pemimpin mengendalikan lingkungan di sekitar dirinya menjadikan orang-orang lain bisa dipengaruhinya. Kemampuan tersebut dinamakan juga rekayasa situasi (situational engineering) atau pengendalian lingkungan (environmental control).

Melalui wewenang yang dimilikinya, ia dapat melakukan pengayaan pekerjaan (job enrichment) guna meningkatkan kepuasan atau motivasi kerja para bawahan. Secara organisatoris, ia dapat menciptakan mekanisme pelaporan pekerjaan yang membuat para karyawan mudah dalam memberitahukan perkembangan pelaksanaan tugas.

Secara fisik, seorang manajer produksi bisa memerintahkan para staffnya untuk menata tata letak, sistem penyejuk udara, dan pencahayaan sedemikian rupa hingga para karyawan merasa nyaman dalam bekerja. Dikatakan oleh Amitai Etzioni dan David Bass, kekuasaan atas lingkungan, kekuasaan atas informasi, kekuasaan untuk memaksa, kekuasaan untuk memberikan penghargaan, dan kekuasaan karena keabsahan adalah kekuasaan posisi. Kekuasaan ini pada dasarnya dimiliki karena adanya kekuatan yang melekat pada posisi formal seorang pemimpin. Sedangkan kekuasaan berdasarkan referensi serta kekuasaan karena keahlian merupakan kekuasaan personal, yakni kekuasaan yang terjadi karena hubungan antara pribadi satu dengan lainnya.

III. Muncul Dan Hilangnya Kekuasaan
Kekuasaan yang dimiliki oleh seorang pemimpin adalah faktor yang bersifat dinamis. Ia akan mengalami perubahan karena perkembangan kondisi serta perilaku individu maupu kelompok. Bagaimana kekuasaan dapat muncul atau hilang, hal itu dapat didekati berdasarkan dua teori yakni

1) teori pertukaran sosial (social exchange theory)
Manusia adalah makhluk yang bersifat sosial disamping menjadi makhluk individual. Ketika ia menjalankan peran sebagai makhluk sosial, interaksi sosial diantara mereka terjadi. Seorang pemimpin adalah orang yang pasti akan terlibat dalam interaksi dengan para anggota organisasi yang dipimpinnya. Sedangkan organisasi itu sendiri merupakan salah satu wujud tatanan sosial.
Dalam interaksi itu, terjadilah proses transaksi atau pertukaran “manfaat” antara pemimpin dan bawahan. Seorang pemimpin bersedia memberikan imbalan berupa perlindungan psikologis, jenjang karier yang lebih baik, perilaku yang menyenangkan, bahkan mungkin juga materi. Sedangkan para bawahannya memberikan dukungan kepadanya, mentaati perintahnya, serta memberikan penguatan pada kepemimpinannya.
Pertukaran kontribusi peran yang bersifat saling menerima dan memberi (take and give) serta saling menguntungkan itu menjadikan kekuasaan terbangun. Tetapi, apabila para bawahan telah menganggap bahwa pemimpin tidak mampu lagi memberikan hal-hal yang menurut mereka harus diterima, para bawahan itu kemudian mengurangi bahkan bisa jadi mencabut dukungan yang semula diberikan. Karena itulah, kekuasaan seorang pemimpin hilang.

2) teori kontinjensi strategis (strategic contingency theory)
Sub-unit, bagian, atau pribadi dalam organisasi mungkin mempunyai kemampuan tertentu yang dianggap berguna bagi organisasi itu. Selain itu, bisa juga ada diantara bagian dalam organisasi maupun pribadi tertentu yang terbukti mampu menyelamatkan organisasi pada saat organisasi menghadapi kondisi kritis, darurat, atau tidak menyenangkan.
Kemampuan yang ditampilkan oleh pribadi atau bagian dalam organisasi dalam mengatasi masalah yang dinilai kritis bisa memberikan kekuasaan. Dalam masalah ini, kemampuan itu terbentuk karena keahlian. Terlebih lagi, bila keahlian itu tidak dipunyai oleh pihak lain dan para anggota organisasi merasa berhutang budi.

Kekuasaan memang dibutuhkan oleh seorang pemimpin untuk mendukung tercapainya efektivitas dalam menjalankan aktivitas organisasi.Namun, tidak dapat diartikan bahwa kekuasaan yang lebih besar pasti menjadikan keadaan lebih baik. Besarnya kekuasaan yang diperlukan tergantung pada kebutuhan untuk menyelesaikan suatu tugas maupun kemampuannya menggunakan beragam sarana yng tersedia.

Begitu pula, efektivitas kepemimpinan seseorang akan memperoleh topangan dari bila ia bijaksana dalam menggunakannya. Tetapi, bila kekuasaan yang terlalu besar menjadikan ia tidak bersedia belajar menjadi pribadi bijaksana, maka organisasi perlu meninjau kembali pemberian kekuasaan padanya itu. Mekanisme tertentu yang menjadikan ia dapat diingatkan atau diberi saran oleh para bawahannya harus diadakan secara tersistem.

IV. Beberapa Cara Mempengaruhi Bawahan
Agar para bawahan bersedia melaksanakan perintahnya, seorang pemimpin dituntut untuk mampu mempengaruhi mereka. Terdapat beberapa cara guna mempengaruhi para bawahan yakni
1) persuasi rasional
Sesuai dengan namanya, persuasi rasional merupakan cara yang dilakukan oleh seorang pemimpin dalam mempengaruhi bawahannya dengan berusaha memberikan alasan rasional mengapa suatu tugas harus dijalankan atau mengapa ia memutuskan suatu tindakan.
Agar persuasi rasional mencapai keberhasilannya, keselarasan tujuan (goal congruence) antara para bawahan dan pemimpin perlu diwujudkan. Bagaimana dampak bagusnya bagi eksistensi organisasi harus dapat diterangkan. Selain itu, seorang pemimpin harus dapat dipercayai oleh para bawahannya.

2) memberikan penilaian
Seperti halnya persuasi rasional, seorang pemimpin mempengaruhi bawahannya dengan berusaha memberikan alasan yang masuk akal mengenai urgensi keputusan yang diambilnya atau pentingnya pelaksanaan tugas tertentu. Ia juga perlu mengemukakan fakta-fakta yang mendukung argumennya itu. Tetapi, melalui cara ini ia harus dapat meyakinkan kepada para bawahannya mengenai manfaat keputusan bagi mereka selaku pribadi. Mengingat argumentasi yang dikemukakan terkait dengan manfaat secara personal, seorang pemimpin juga harus dapat dipercayai oleh para bawahannya.

3) memberikan inspirasi
Ada kalanya, seorang bawahan harus disadarkan mengenai arti penting pekerjaan yang dibebankan padanya atau tugas yang harus ia lakukan bagi terwujudnya nilai-nilai ideal yang ingin ia capai. Berbeda dengan persuasi rasional atau memberikan penilaian di atas, cara ini memang menjadikan para bawahannya mungkin tidak dapat meraih sesuatu hal yang menurut perhitungan rasional adalah hal yang menguntungkan secara materi maupun posisi. Tetapi, para bawahan yang berhasil melaksanakannya akan memperoleh kebanggaan diri atau merealisasikan idealisme mereka. Mereka juga mungkin dikenang sebagai pribadi yang berjasa bagi banyak pihak.
Kita dapat mencontohkan seorang bawahan yang diminta untuk memimpin suatu kelompok yang melaksanakan misi sosial bagi warga masyarakat yang terkena bencana alam oleh perusahaan yang bergerak dalam bidang jasa keuangan. Bawahan dan kelompoknya hanya dibekali uang saku yang jumlahnya tidak seberapa. Padahal misi sosial tersebut membutuhkan pengorbanan tenaga yang besar sedangkan keberhasilan melaksanakan misi tidak berdampak pada meningkatnya jenjang karier. Ia bersedia melakukannya karena sudah sejak lama ia ingin melakukan suatu upaya yang berarti bagi kemanusiaan dan tugas itu merupakan pendukung tercapainya keinginan tersebut.

4) melakukan konsultasi
Pada saat suatu pekerjaan harus dilaksanakan, seorang pemimpin harus berupaya agar para bawahan bersedia mendukung pelaksanaannya. Untuk itu, pemimpin perlu melibatkan mereka dalam proses perencanaan berbagai tindakan guna menyelesaikan pekerjaan itu. Para bawahan dilibatkan agar mereka merasa terhargai dan keinginan untuk membantu menyelesaikan pekerjaan itu lebih kuat. Perasaan terhargai dan memiliki kontribusi bagi keberhasilan penyelesaian pekerjaan dapat mempertinggi motivasi kerja mereka.

5) melakukan pertukaran
Pada kondisi tertentu, seorang pemimpin memang dituntut untuk melakukan pertukaran dengan para bawahannya. Cara tersebut perlu ditempuh karena mereka merasa enggan melaksanakan pekerjaan tertentu padahal pekerjaan itu harus diselesaikan. Para bawahan enggan melaksanakannya karena mereka merasa bahwa pekerjaan itu menyulitkan dan tidak memberikan manfaat berarti bagi mereka.

Karena kondisi seperti itulah, seorang pemimpin dapat menawarkan imbalan berupa sesuatu yang mereka inginkan agar mereka bersedia melakukan pekerjaan tersebut. Imbalan yang ditawarkannya bisa berupa bonus uang, kenaikan gaji, jenjang karier lebih tinggi, atau kondisi lingkungan kerja yang lebih baik.

6) melakukan kolaborasi
Secara harafiah, kolaborasi adalah kerja sama antara dua pihak atau lebih. Cara ini dilakukan ketika para bawahan dan pemimpin tengah melaksanakan suatu pekerjaan. Sementara, pekerjaan yang ditangani mengharuskan setiap pihak menjalin hubungan antara satu dengan lainnya guna menyelesaikannya. Dalam masalah ini, karena tanggung jawab penyelesaian tugas berada pada pemimpin, pemimpin itu harus mampu menjadikan para bawahannya melaksanakan pekerjaan secara lebih mudah. Pada saat mereka melaksanakan pekerjaan, ia harus bersedia memberikan bantuan kepada mereka agar para bawahannya merasakan bahwa beban mereka lebih ringan.

7) menciptakan daya tarik personal
Rasa suka terhadap pribadi seorang pemimpin menjadikan para bawahan bersedia melakukan perintah yang diberikan olehnya. Perasaan suka tersebut juga membuat para bawahan memandang bahwa kesediaan melakukan perintah mampu mempererat hubungan baik yang selama ini telah terjalin. Bahkan, mereka bersedia melaksanakan perintah seorang pemimpin yang tidak terkait dengan tugas regular-formal selaku bawahan.

8) mengambil hati
Sebagaimana halnya penciptaan daya tarik personal, upaya mengambil hati memang juga melibatkan perasaan suka pada para bawahan kepada pribadi seorang pemimpin. Memberikan pujian, melakukan perbuatan yang dinilai baik tanpa diminta oleh para bawahan, memberikan penghormatan, serta menampilkan perilaku yang baik merupakan contoh upaya mengambil hati mereka. Agar cara ini membuahkan hasil, pemimpin harus dapat menciptakan kesan bahwa perbuatan yang dilakukannya didasari rasa tulus. Beberapa contoh perbuatan itu harus dilakukan jauh-jauh hari sebelum perintah diberikan.
Apabila beberapa perbuatan itu dilakukan tidak lama sebelum perintah diberikan, para bawahan sudah pasti akan menganggap bahwa pemimpin itu tengah mempunyai maksud-maksud tertentu. Dengan demikian, upayanya untuk mengambil hati para bawahan akan mengalami kegagalan.

9) membangun legitimasi
Pengaruh seorang pemimpin dan kesediaan para bawahan untuk melaksanakan perintahnya dapat dibangun dari legitimasi yang mereka akui. Seorang pemimpin dinilai mempunyai hak untuk memberikan perintah apabila ia memang mempunyai wewenang dan perintah yang diberikannya itu dipandang memiliki dasar. Sedangkan apabila perintah yang diberikan berada di luar jangkauan wewenangnya, para bawahan akan mempertanyakan atau bahkan menolak untuk melaksanakan perintah itu.

Upaya membangun legitimasi akan membuahkan keberhasilan jika seorang pemimpin dapat memberikan contoh yang baik, menunjukkan konsistensi ketaatan terhadap peraturan organisasi, dan memberikan perintah yang benar kepada pihak yang tepat.

10) memberikan tekanan
Terhadap para bawahan yang malas dan menampilkan kinerja buruk, tekanan berupa ancaman, peringatan keras, dan tindakan yang bersifat menghukum bisa diberlakukan guna menjadikan mereka bersedia melaksanakan perintah pemimpin. Karena tekanan merupakan bentuk stimulus negatif, hendaknya ia diterapkan secara selektif dan tidak dijadikan sebagai kebiasaan.
Tekanan yang diberikan kepada para bawahan tidak dapat menciptakan komitmen karena ia menjadikan para bawahan merasa takut. Bahkan, apabila tekanan yang diberikan kepada para bawahan terlalu intensif, mereka akan membenci pemimpin.
Dalam suatu organisasi, hendaknya tekanan dilakukan apabila para bawahan melakukan perbuatan-perbuatan tertentu yang dipandang membahayakan keselamatan pekerjaan atau lembaga.

11) menjalin koalisi
Pada suatu keadaan tertentu, pemimpin merasa kesulitan untuk memerintahkan para bawahannya melakukan sesuatu. Menghadapi masalah ini, ia membutuhkan bantuan pihak lain untuk membujuk para bawahannya agar mereka bersedia melakukan perintahnya.
Pihak lain yang diminta bantuannya bisa saja para bawahan, rekan sejawat, atasan, atau bahkan pihak luar. Disini, keberhasilan membujuk para bawahan merupakan satu hal yang paling penting.


Kesalahan Memilih Perangkat Lunak Sistem Pembayaran
Mary Carter adalah manajer bagian akuntansi Restview Hospital, suatu rumah sakit besar dengan reputasi sangat bagus di Monte Bello, California. Atasannya, Jack Morelli selaku administrator rumah sakit ini ingin melakukan pemutakhiran sistem pembayaran. Untuk itu, ia meminta Mary Carter guna mencari penyedia perangkat lunak untuk keperluan tersebut yang secara teknis sesuai dengan sistem komputer rumah sakit ini. Jack Morelli serta para anggota dewan direktur akan menentukan keputusan tentang masalah itu pada pertemuan bulan depan.

Seminggu kemudian, Jack Morelli menanyakan kepada Mary Carter kemajuan langkah yang telah dilakukannya. Mary Carter kemudian menjawab bahwa ia telah menemukan dua penyedia yang dinilai mempunyai perangkat lunak yang sesuai dengan sistem komputer Restview Hospital. Atas jawabannya ini, Jack Morelli bertanya mengapa dari kedua pilihan itu ia tidak mencantumkan Standard Software Systems yang telah dipilih untuk merancang sistem pembayaran gaji karyawan rumah sakit sebelumnya. Padahal, perusahaan penyedia tersebut dan direktur utamanya telah dikenal dekat secara pribadi dengannya.

Dari penelusuran awal yang dilaksanakan oleh Mary Carter, diketahui bahwa perangkat lunak sistem pembayaran yang dirancang oleh Standard Software Systems tidak tepat digunakan di Restview Hospital. Demikian pula ketika ia melakukan penelusuran ke rumah-rumah sakit lainnya, Mary Carter mengetahui bahwa perangkat lunak rancangan Standard Software Systems tidak fleksibel serta sulit digunakan. Hal ini berbeda dengan kinerja perangkat lunak yang dirancang oleh perusahaan penyedia lainnya. Kinerja terbaik ditampilkan oleh perangkat lunak rancangan Reliable Computer. Pada saat presentasi dilakukan di depan Jack Morelli serta anggota dewan direktur, sebenarnya masalah ini juga telah dipaparkan dengan jelas. Tetapi, Jack Morelli terkesan tidak antusias menanggapinya. Sepertinya, ia telah terpaku pada preferensi atas perangkat lunak yang dirancang oleh Standard Software Systems.

Setelah itu, Mary Carter memberikan laporan tertulis dan ringkasan hasil penelusurannya. Disamping itu, ia juga menjelaskan mengapa ia merekomendasikan Restview Hospital untuk membeli perangkat lunak yang ditawarkan oleh Reliable Computer beserta bukti-bukti yang mendukung. Tetapi, ketika pertemuan anggota dewan direktur telah dilaksanakan, keputusan yang dihasilkan adalah bahwa Restview Hospital tetap membeli perangkat lunak dari Standard Software Systems karena mereka telah yakin bahwa kualitasnya sama baiknya dengan perangkat lunak sistem pembayaran gaji karyawan rumah sakit yang dibeli pada tahun lalu.

Tetapi, dua tahun kemudian, perangkat lunak sistem pembayaran bernilai US$ 2.000.000 yang dirancang oleh Standard Software Systems terbukti menampilkan kinerja yang mengecewakan. Setelah digunakan, ia tidak dapat dioperasikan secara fleksibel oleh sistem komputer Restview Hospital. Maka, sia-sialah investasi dalam bidang operasional yang amat mahal itu.

Pembahasan
Dewan direktur Restview Hospital ternyata tetap memutuskan untuk membeli perangkat lunak sistem pembayaran dari Standard Software Systems walaupun berdasarkan penelusuran yang dilakukan oleh Mary Carter perangkat lunak yang ditawarkan oleh Reliable Computer secara teknis lebih unggul.

Berdasarkan tinjauan teoritis tentang sumber kekuasaan, karena tingginya posisi yang dimiliki dalam struktur organisasi Restview Hospital, dewan direktur mempunyai kekuasaan untuk memaksa (coercive power). Terlebih lagi, pada dasarnya para anggota organisasi dibebani kewajiban untuk bersedia mematuhi keputusan akhir yang digariskan walaupun mereka telah mengemukakan argumen yang memberikan landasan kuat untuk alternatif yang berbeda dengan apa yang telah diputuskan oleh organisasi nantinya. Hal ini terjadi pada kasus pembelian perangkat lunak untuk sistem pembayaran.

Sekalipun berdasarkan analisis teknis perangkat lunak yang ditawarkan oleh Reliable Computer lebih baik, tetapi ketika dewan direktur dengan kekuasaannya yang sedemikian tinggi memutuskan hal berbeda, yakni tetap memilih untuk membelinya dari Standard Software Systems, maka Mary Carter harus bersedia mematuhinya. Hal ini adalah wujud kepatuhan untuk menjaga soliditas organisasi yang harus dilakukan selaku bawahan. Jika kita meninjaunya dari upaya mempengaruhi bawahan yang dilakukan oleh dewan direktur, mereka mengharapkan hasil berupa kepatuhan. Dalam masalah ini, kepatuhan diwujudkan dalam bentuk persetujuan Mary Carter selaku manajer bagian akuntansi terhadap keputusan dewan direktur dan melaksanakannya. Memang, dalam hal ini kepatuhan terbentuk karena struktur organisasi menempatkan dirinya sebagai pihak yang harus mau melaksanakan keputusan tersebut.

Melalui sudut pandang cara mempengaruhi para bawahan, dewan direktur menerapkan cara pembangunan legitimasi. Kesediaan Mary Carter untuk melaksanakan keputusan terjadi karena dewan direktur memang mempunyai legitimasi yang diakui. Terlepas dari kenyataan bahwa keputusan yang diambil tidak sesuai dengan analisis teknis, dewan direktur memang berhak memilihnya berdasarkan pertimbangan lain dan keputusan tersebut dianggap masih berada dalam rentang wewenangnya.

Dalam konteks yang bersifat relatif, kekuasaan yang dimiliki oleh suatu pihak mengacu pada sejauh mana seseorang, lembaga, atau kelompok mampu mempengaruhi pihak lain maupun berperan dalam penentuan keputusan yang diambil oleh pihak lain itu. Bila dikaitkan dengan masalah ini, selaku manajer bagian akuntansi Mary Carter mempunyai kekuasaan untuk mempengaruhi, meyakinkan, membujuk, dan menentukan keputusan para bawahannya di bagian itu. Mary Carter memang memiliki kekuasaan yang bersumber dari legitimasinya selaku manajer bagian akuntansi. Selain itu, karena pembelian perangkat lunak untuk sistem pembayaran memerlukan analisis teknis yang berkaitan dengan efektivitas penggunaannya bagi kegiatan akuntansi, Mary Carter mempunyai kekuasaan dari keahlian yang dimilikinya. Karena keahlian dalam bidang akuntansi yang dimiliki telah diakui oleh banyak pihak, Mary Carter tentunya akan dipercaya apabila ia merekomendasikan sesuatu hal yang mempunyai kaitan dengan bidang akuntansi yang memang dikuasainya.

Selaku administrator Restview Hospital, Jack Morelli mempunyai kekuasaan untuk mempengaruhi, meyakinkan, membujuk, dan menentukan keputusan dewan direktur. Dewan direktur mempunyai cakupan kekuasaan yang lebih luas dan hierarkhi lebih tinggi dari pada manajer bagian. Karenanya, Jack Morelli mampu menentukan keputusan dengan dampak yang dapat menjangkau bagian akuntansi yang lebih rendah tingkatan hierarkhi dan cakupan kekuasaannya. Menilik dari sumbernya, Jack Morelli memiliki kekuasaan untuk memaksa pihak lain yang lebih rendah posisinya agar mematuhi keputusan yang diambilnya. Disamping itu, selaku administrator ia juga mempunyai kekuasaan karena keabsahan. Dengan kekuasaan ini, secara vertikal, ia mempunyai wewenang formal untuk memerintahkan para bawahannya (termasuk pula manajer bagian akuntansi) agar melakukan sesuatu yakni mematuhi keputusan dewan direktur dalam pembelian perangkat lunak sistem pembayaran. Sehingga, karena posisi formal yang dimilikinya lebih tinggi, wewenang yang miliki makin tinggi serta makin lebar pula rentang kendali yang dapat dicakupnya.

Direktur utama Standard Software Systems merupakan kawan dekat Jack Morelli. Kedekatan secara personal dengan Jack Morelli memiliki daya determinasi yang besar terhadap keputusan akhir dewan direktur yang memilih membeli perangkat lunak dari perusahaannya. Padahal, berdasarkan analisis secara teknis, kinerja yang ditampilkan lebih rendah dari pada perangkat lunak yang ditawarkan oleh para pesaingnya.

Sepanjang direktur utama Standard Software Systems masih dapat menjalin hubungan personal yang erat dengan Jack Morelli serta mampu mempertahankan atau meningkatkan citra sebagai pihak yang menjadikannya merasa senang, maka ia masih tetap dapat mempengaruhi keputusan Jack Morelli serta para anggota dewan direktur. Pada masalah ini, direktur utama Standard Software Systems mempunyai kekuasaan berdasarkan referensi.

Mary Carter seharusnya melakukan beberapa hal untuk meningkatkan pengaruhnya atas keputusan membeli perangkat lunak sistem pembayaran. Sesuai dengan kemampuan serta posisi manajerial yang dimiliki dalam bidang akuntansi, sudah tentu ia perlu melakukan persuasi rasional dengan cara menjelaskan secara argumentatif mengenai alasannya merekomendasikan Jack Morelli dan dewan direktur untuk membeli perangkat lunak dari Reliable Computer. Kelebihan perangkat lunak Reliable Computer dan kekurangan yang ada pada perangkat lunak Standard Software Systems harus dapat dijelaskannya secara detil serta meyakinkan. Ia juga harus bisa mengambil hati para anggota dewan direktur dengan cara bersikap baik dan santun serta menampilkan kinerja yang bagus. Agar Mary Carter dapat mempengaruhi mereka dengan lebih kuat sehingga mereka bersedia menerima rekomendasi berdasarkan pertimbangan rasional yang dikemukakannya, sikap baik dan santun serta kinerja yang bagus itu harus ditampilkan secara berkelanjutan sejak jauh-jauh hari. Bila ia baru melakukannya ketika rapat penentuan keputusan dewan direktur hendak dilaksanakan, besar kemungkinannya bahwa upayanya mengambil hati guna mempengaruhi keputusan mereka akan mengalami kegagalan.

Kesimpulan
Berkenaan dengan pembahasan tentang arti penting kekuasaan dan pengaruh bagi kepemimpinan, kita dapat menyimpulkan beberapa pokok pemikiran mendasar. Diantaranya adalah
1) Kepemimpinan memang harus ditunjang oleh adanya kekuasaan agar ia dapat menjalankan fungsinya. Melalui kekuasaan yang dimiliki, seorang pemimpin dapat menciptakan pengaruh bagi pribadi-pribadi yang dipimpinnya dan dari pengaruh yang ditimbulkan itulah, hal-hal ideal yang ingin dilakukannya sebagai seorang pemimpin bisa diwujudkan.
2) Terdapat beberapa sumber kekuasaan. Tetapi apabila dipilah atas dasar utamanya, beberapa sumber kekuasaan tersebutdapat berasal dari posisi yang dimiliki atau hubungan personal.
3) Kekuasaan dapat muncul atau bahkan hilang. Masalah ini bisa didekati dari dua teori yakni teori pertukaran sosial serta teori kontinjensi strategis.
4) Agar para bawahan bersedia melaksanakan perintahnya, seorang pemimpin dituntut untuk mampu mempengaruhi mereka. Terdapat beberapa cara guna mempengaruhi para bawahan yakni dari melakukan persuasi rasional hingga menjalin koalisi.
5) Satu hal yang paling penting untuk disadari oleh seorang pemimpin adalah bahwa kekuasaan dan pengaruh yang dimiliki harus digunakannya secara bijaksana untuk memimpin organisasi.

Muliawan Hamdani, S.E. Staff edukatif Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Bank BPD Jateng. Saat ini tengah menempuh studi lanjut pada Program Pasca Sarjana Magister Manajemen Universitas Slamet Riyadi Surakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar